Kamis, 14 Maret 2013

Pengantar Konseling KIPAS



MENGENALI KONSELING INTENSIF dan
PROGRESIF yang ADAPTIF terhadap STRUKTUR
(“KIPAS”)Edisi Revisi: Kamis 14 Maret 2013

Oleh: Andi Mappiare-AT

Pegantar Konseling KIPAS: Pratinjau
Konseling pendidikan Indonesia, sebagai sebuah sistem, ditengarai mengalami kesulitan aplikasi atas kerangka-kerja konseling Barat, meskipun telah teruji efektif di tangan ahlinya dan dalam konteks Barat. Berdasarkan pengalaman praktik (dan refleksi praksis), basis keilmuan “Sosiologi Psikis” (dan aplikasinya berupa sosial budaya BK), sejumlah penelitian budaya, dan tinjauan bahan pustaka, diberanikan diri menawarkan sebuah model konseling yang namanya diakronimkan menjadi “KIPAS”.
Isi pokok (apa dan bagaimana?) kerangka-kerja KIPAS adalah prosedur dan sifat konseling. Isi pokok itu terkandung nyata dalam penegasan namanya. Prosedurnya dikondisikan “ramah-budaya” mempertimbangkan hasil-hasil riset budaya di Indonesia dan penghayatan terhadap praktik-praktik BK Indonesia. Ini terutama dilatarbelakangi oleh kesan sebagai “kabar-buruk” bagi siswa dan orangtuanya ketika harus konseling. Atas dasar itu, langkah-langkah interviu konseling KIPAS dirancang langkah pertama: Kabar gembira, diikuti segera dengan Integrasi (data dan pribadi), lalu Perencanaan tindakan, fokus utama pada langkah Aktualisasi, dan akhirnya penyediaan Sertifikat yang membanggakan sebagai hasil nyata pembahasan tema-tema konseling, misalnya, Karakter (simbol kemandirian dalam “Pengembangan Karakter”); demikian pula pada empat tema lain yaitu Identitas, Pekerjaan, Akademik, dan Sosial.
Pikiran yang mendasari kemunculannya (mengapa dan untuk apa?). Semula diorientasikan pada “refleksi-historis” apa yang dicapai oleh BK sekolah dalam “ulang tahun emas” (50 th. BK Indonesia), dan karya kecil ini sebagai “hadiah”. Kajian agak emotif itu, kemudian terarah pada pemikiran mengenai perlunya Guru BK/Konselor sekolah memiliki kerangka-kerja yang cocok. KIPAS diharapkan dapat menyumbang nyata bagi siswa dan struktur pendidikan sekolah dan pada gilirannya memperbesar dukungan sistem untuk BK.
Ancangan siapa yang dianutnya? Ini pertanyaan penting secara keilmuan dan akademik yang diungkap indikasinya di sini. Ciri eklektik cukup menonjol pada KIPAS sebagaimana umumnya model konseling yang dihajatkan “ramah-budaya”. “Heuristic”[1] mungkin merupakan sifat kemunculan ide dan akronim yang digunakan. Hal jelas, sudah ada sejumlah contoh akronim bermakna dalam model-model konseling, strategi pengajaran, dan praktik pribadi terdahulu. Metafora kipas dan kandungan nilai-budaya dalam “kipas” sebagai simbol budaya, yang mengandung arti kesadaran diri, kebijaksanaan dan kebajikan, disinggung sedikit di sini.
Seting penerapannya (di mana dan kapan waktunya?), ditegaskan di sini. Tempat penerapan KIPAS secara umum adalah lembaga pendidikan, terutama sekolah. Situasi kerja tim, Tim BK, mewarnai penerapan KIPAS bersama “kawan kerja” di sekolah, yaitu para siswa. Suasana atau iklim psiko-sosial yang kondusif diharapkan terbentuk di sekolah dalam penerapan model ini. Seting waktu, secara khusus, merupakan bagian sangat genting dalam mana KIPAS memberikan perhatian besar. Konseling model KIPAS dirancang untuk beradaptasi dengan ketersediaan waktu BK yang sangat terbatas di sekolah.



[1] Moustakas, C., 1994. Phenomenological Research Method. Thousan Oaks, California: Sage Publications Inc. (16-21).

 
© Andi Mappiare-AT Blogspot Tutorial