Tabel “Andi & Ella” ~ Budaya dalam Konseling:
Konseling Efektif Menurut Konsepsi “Budaya Barat”, “Budaya Nasional Indonesia” dan ”Budaya Etnis Nusantara” [1]
No.
|
Tinjauan
|
Konsepsi Kultur Barat [2]
|
Konsepsi Budaya Nasional
Indonesia [3]
|
Konsepsi Budaya Etnis
Nusantara[4] (Tugas Mahasiswa)
|
||
Behaviorisme
|
Freudianisme (Psikoanalisis)
|
Humanisme
|
Konseling Intensif Progresif
Adaptif Struktur
(seting
sekolah)
|
(Interpretasikan berdasarkan aneka sumber
tersedia)
|
||
1.
|
Pandangan mengenai
Hakekat Manusia
|
Bergantung
pada teoretisi tapi manusia terutama dipandang mekanistik atau merespon pada
lingkungan dalam mana manusia kurang kontrol; hidup dalam suatu dunia
determinstik; memiliki sedikit peran
aktif dalam memilih takdirnya.
|
Manusia pada dasarnya hewani dan manusiawi;
dibentuk oleh kebutuhan biologis; draif seksual, dan instink agresif;
perilaku terutama ditentukan oleh proses ketidaksadaran yang motivasional dan
berarah-tujuan.
|
Manusia
adalah rasional, baik, dapat dipercaya, bergerak dalam aktualisasi-diri atau
ke arah pertumbuhan, kesehatan, realisasi-diri, mandiri dan otonom.
|
Manusia mengutamakan
keseimbangan, keselarasan, dan keserasian sesama manusia dan alam semesta
(pantas); manusia senantiasa berjuang mencapai kualitas karakter pantas.
|
Pandangan mengenai
manusia:
|
2.
|
Pandangan mengenai
Kepribadian: Sakit dan Sehat
|
Hukum
perilaku, dan suatu fungsi dari
kondisi-kondisi anteseden atau
yang tersedia:
Sehat
adalah perilaku diterima masyarakat, layak; sakit adalah perilaku tidak
layak, tidak efektif.
Kecemasan
adalah reaksi belajar terhadap isyarat
yang terlibat dalam situasi tertentu
yang bekerja sebagai draif sekunder,
perolehan; reaksi belajar terhadap stmulus yang semula netral.
|
Kepribadian
adalah suatu sistem yang mengandung id, ego, dan superego dan hasil hubungan
genetik antara fungsi ego dalam kehidupan masa belakangan dan fungsi ego
dalam masa bayi dan kanak-kanak, hasil dari
interaksi bersama antara kecenderungan id, ego, dan superego.
|
Konsep-diri pengatur tingkahlaku dan medan perseptual
adalah realitas bagi individual; tingkah-laku adalah fungsi dari persepsi dan
terorganisasi dengan respek pada konsep-diri.
|
Manusia, khususnya
siswa, secara personal, sosial, dan religius tidak dilabelkan dalam konsepsi
sakit atau sehat; melainkan orang-orang normal yang berurusan dengan kemandirian.
Siswa ingin diperlakukan secara aman dan
bebas (sekaligus) untuk bisa mandiri.
|
Kepribadian: Sakit dan
Sehat:
|
3.
|
Penyebab Masalah/ Sakit-Sehat
|
Sehat
adalah hasil belajar perilaku layak; sakit adalah telah belajar perilaku
tidak layak.
|
Konflik
antara desakan id, tuntutan superego, dan pertahanan ego.
|
Sehat adalah
kongruwen. Sakit adalah tidak kongruwen antara self dan pengalaman; tegasnya,
sakit adalah ketakkongruwenan konsep-diri
dan pengalaman; kondisi-kondisi bertumbuh terhalang, kebutuhan akan
penghargaan-diri terhambat.
|
Ketidakmandirian siswa
disebabkan oleh adanya sejumlah “aset terabaikan” dalam memanfaatkan
faktor-faktor yang meluangkan secara
internal dan eksternal.
|
Faktorf-faktor
Penyebab:
|
4.
|
Tujuan Konseling
|
Memecahkan
apapun masalah (dalam batasan etika) yang dibawah oleh konseli pada
konselor.
|
Rekonstruksi dan reorientasi kepribadian.
|
Arah-diri dan keberfungsian penuh konseli yang
kongruwen, matang, dan terbuka untuk mengalami.
|
Pengerahan secara
mandiri “aset-ideal/terbarukan” siswa dalam memanfaatkan faktor-faktor yang
meluangkan secara internal dan eksternal.
|
Tujuan Konseling
|
5.
|
Peran Konselor dalam
Strategi Penyembuhan
|
Aktif mengajarkan
perilaku baru yang dikehendaki dan menghapus perilaku lama yang tidak
dikehendaki
|
Kurang aktif, kurang intervensi; lebih ke
pemantulan pengalaman masa lalu untuk memfungsikan ego secara rasional
|
Relatif aktif
memberikan kondisi yang fasilitatif, pemantulan pengalaman untuk pemahaman
diri dan arah-diri
|
Aktif dalam menyusun
strategi adaptif terhadap struktur (sekolah) menetapkan posisi-diri yang
layak di hadapan konseli.
|
Peran Konselor:
|
6.
|
Teknik-teknik yang
Memungkinkan
|
Penguatan, modeling sosial, teknik-teknik
desensitisasi.
|
Assosiasi bebas, pemanfaatan mimpi, transferensi,
interpretasi, dan seterusnya.
|
Penggunaan terbatas pertanyaan, kata jaminan,
dukungan, sugesti, tapi memakai teknik selaku cara mengomunikasikan
penerimaan, respek, pemahaman.
|
Mengutamakan teknik
dukungan, di dalam penerapan interpretasi, pemantulan, arahan, dan penarikan
sari-pati
|
Teknik yang
Memungkinkan:
|
7.
|
Pemantauan dan
Evaluasi Hasil
|
Melibatkan pemantauan
konselor dan orang lain yang berarti sekitar konseli; evaluasi dengan
berbagai instrumen objektif.
|
Mengutamakan laporan
diri konseli dan evaluasi oleh konselor dengan teknik-teknik proyektif
|
Mengutamakan laporan
diri dan evaluasi diri konseli, dengan standar-standar internal
|
Melibatkan pemantauan konselor,
pantau-diri konseli, dan bantuan personil bimbingan lain di sekolah.
|
Pemantauan dan Evaluasi:
|
[1] Dasar-dasarnya dikaji dalam
penelitian oleh Mappiare-AT., A., dan Faridati-Zen, E., 2010. ‘Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Berbasis TIK Matakuliah Konseling Multibudaya untuk
Peningkatan Kepuasan Belajar, Partisipasi dan Prestasi Belajar Mahasiswa’. Laporan Teaching Grant. Malang: Jurusan
Bimbingan Konseling dan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Malang.
[2] Diadaptasikan dari
Shertzer B., dan Stone, S.C., 1974. Fundamentals
of Counseling. Boston: Houghton Mifflin Company.
[3] Hasil penelitian pendukung
sementara antara lain. (1). Mappiare-AT., A., 1992. ‘Analisis interviu
Konseling Awal tentang Pengungkapan-diri Klien dan Gaya Komunikasi Konselor’. Laporan Tesis. Malang: IKIP Malang,
Program Pascasarjana. Dipublikasikan a.n. sama dengan judul ‘Perbandingan
Pengungkapan Diri Klien Menurut Kategori Gaya Komunikasi Konselor dalam
Konseling Awal”. Jurnal Ilmu
Kependidikan, Jilid.2, No.2, Mei 1996: 102 - 112. (2). ‘Identitas Religius
Perempuan Islam: Kajian dalam Perspektif Teori Kritik Erich Fromm atas
Pemakaian ‘Jilbab Modis’ oleh Mahasiswi di Kampus Muhammadiyah Malang’, Disertasi,
Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya; dipublikasikan dalam
bentuk buku a.n. sama, 2009. Identitas Religius di
Balik Jilbab: Perspektif Sosiologi Kritik. Malang: Penerbit Universitas Negeri
Malang. (3). Mappiare-AT., A., Ibrahim, A.S., dan Sudjiono, 2007. Kultur
Konsumsi Remaja dan Upaya Bimbingannya: studi perspektif Posmodern mengenai
pembelanjaan pelajar dalam Kota Metropolitan Pantai Indonesia untuk
pengembangan media Bibliokonseling. Laporan
Hibah Bersaing, Th-I (DP2M). Ini dipublikasikan atas nama orang sama dengan
judul ‘Budaya Konsumsi Remaja-Pelajar
di Tiga Kota Metropolitan Pantai Indonesia'. Dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 16 No.1, Februari, 2009: 12-21
(Terakreditasi). (4). Penelitian Hibah Bersaing Th-II (2008). Dipublikasikan
a.n. Mappiare-AT., A., Fachrurrazy, dan Sudjiono, 2010, dengan judul
‘Kecakapan Belanja Siswa, Kearifan Kultural, dan Media Bimbingannya’. Dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17 No.3,
Okt.: 178-188 (Terakreditasi). (5). Penelitian Hibah Bersaing Th-III, lanjutan
(2009). (6). Mappiare-AT., A., Fachrurrazy, dan Sudjiono, 2010. ‘Pengembangan
Media Bergambar Berbasis Keunggulan Budaya Nusantara untuk Bimbingan
Kemandirian Siswa Sekolah Menengah: Dimensi Karir’. Laporan Hibah Kompetensi Th-I (DP2M). Sebagian temuan riset
ini didesiminasi dengan judul ‘Revitalisasi dan Pewarisan Nilai Budaya Unggul
Nusantara Melalui Media Bimbingan dan Konseling’ (Conference Proceeding). Konferensi Nasional APPI , Tema “Peran
Pendidikan dalam Pembangunan Karakter Bangsa” di Malang, Tgl. 16 – 17 Oktober 2010: 132 – 147). Mappiare-AT.,
A., Fachrurrazy, dan Faridati-Zen, E., 2011. (Penelitian lanjutan, Dimensi
Sosial). Laporan Hibah Kompetensi Th-II (DP2M).
[4] Tugas mahasiswa untuk
menginterpretasikan dari berbagai sumber tersedia mengenai ciri-ciri pokok
kultur etnis nusantara, misalnya, Melayu-Aceh, Minangkabau, Batak,
Melayu-Betawi, Sunda, Jawa, Dayak, Banjar, Bugis-Makassar, Minahasa, Bali,
Sasak-Lombok, Sumbawa-Bima, dan seterusnya.