Kamis, 02 Mei 2013

Tabel Komparasi (Inter-)Nasional: Konseling Multibudaya



Tabel “Andi & Ella” ~ Budaya dalam Konseling:
Konseling Efektif Menurut Konsepsi “Budaya Barat”, “Budaya Nasional Indonesia” dan ”Budaya Etnis Nusantara” [1]




No.


Tinjauan
Konsepsi Kultur Barat [2]
Konsepsi Budaya Nasional Indonesia [3]
Konsepsi Budaya Etnis Nusantara[4] (Tugas Mahasiswa)
Behaviorisme
Freudianisme (Psikoanalisis)
Humanisme
Konseling Intensif Progresif Adaptif Struktur
(seting sekolah)
 (Interpretasikan berdasarkan aneka sumber tersedia)

1.
Pandangan mengenai Hakekat Manusia
Bergantung pada teoretisi tapi manusia terutama dipandang mekanistik atau merespon pada lingkungan dalam mana manusia kurang kontrol; hidup dalam suatu dunia determinstik;  memiliki sedikit peran aktif dalam memilih takdirnya.

Manusia  pada dasarnya hewani dan manusiawi; dibentuk oleh kebutuhan biologis; draif seksual, dan instink agresif; perilaku terutama ditentukan oleh proses ketidaksadaran yang motivasional dan berarah-tujuan.
Manusia adalah rasional, baik, dapat dipercaya, bergerak dalam aktualisasi-diri atau ke arah pertumbuhan, kesehatan, realisasi-diri, mandiri dan otonom.
Manusia mengutamakan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian sesama manusia dan alam semesta (pantas); manusia senantiasa berjuang mencapai kualitas karakter pantas.
Pandangan mengenai manusia:

2.
Pandangan mengenai Kepribadian: Sakit dan Sehat
Hukum perilaku, dan suatu fungsi dari  kondisi-kondisi  anteseden atau yang tersedia:
Sehat adalah perilaku diterima masyarakat, layak; sakit adalah perilaku tidak layak, tidak efektif.
Kecemasan adalah reaksi belajar  terhadap isyarat yang terlibat dalam  situasi tertentu yang bekerja sebagai draif sekunder,  perolehan; reaksi belajar terhadap stmulus yang semula netral.
Kepribadian adalah suatu sistem yang mengandung id, ego, dan superego dan hasil hubungan genetik antara fungsi ego dalam kehidupan masa belakangan dan fungsi ego dalam masa bayi dan kanak-kanak, hasil dari  interaksi bersama antara kecenderungan id, ego, dan superego.
Konsep-diri  pengatur tingkahlaku dan medan perseptual adalah realitas bagi individual; tingkah-laku adalah fungsi dari persepsi dan terorganisasi dengan respek pada konsep-diri.

Manusia, khususnya siswa, secara personal, sosial, dan religius tidak dilabelkan dalam konsepsi sakit atau sehat; melainkan orang-orang normal yang berurusan dengan kemandirian. Siswa ingin diperlakukan secara aman dan bebas (sekaligus) untuk bisa mandiri.
Kepribadian: Sakit dan Sehat:

3.
Penyebab Masalah/ Sakit-Sehat
Sehat adalah hasil belajar perilaku layak; sakit adalah telah belajar perilaku tidak layak.
Konflik antara desakan id, tuntutan superego, dan pertahanan ego.
Sehat adalah kongruwen. Sakit adalah tidak kongruwen antara self dan pengalaman; tegasnya, sakit adalah ketakkongruwenan konsep-diri dan pengalaman; kondisi-kondisi bertumbuh terhalang, kebutuhan akan penghargaan-diri terhambat.
Ketidakmandirian siswa disebabkan oleh adanya sejumlah “aset terabaikan” dalam memanfaatkan faktor-faktor yang meluangkan  secara internal dan eksternal.
Faktorf-faktor Penyebab:

4.

Tujuan Konseling
Memecahkan  apapun masalah (dalam batasan etika) yang dibawah oleh konseli pada konselor.
Rekonstruksi dan reorientasi kepribadian.
Arah-diri dan keberfungsian penuh konseli yang kongruwen, matang, dan terbuka untuk mengalami.
Pengerahan secara mandiri “aset-ideal/terbarukan” siswa dalam memanfaatkan faktor-faktor yang meluangkan secara internal dan eksternal.
Tujuan Konseling

5.
Peran Konselor dalam Strategi Penyembuhan
Aktif mengajarkan perilaku baru yang dikehendaki dan menghapus perilaku lama yang tidak dikehendaki
Kurang aktif, kurang intervensi; lebih ke pemantulan pengalaman masa lalu untuk memfungsikan ego secara rasional
Relatif aktif memberikan kondisi yang fasilitatif, pemantulan pengalaman untuk pemahaman diri dan arah-diri
Aktif dalam menyusun strategi adaptif terhadap struktur (sekolah) menetapkan posisi-diri yang layak di hadapan konseli.
Peran Konselor:

6.
Teknik-teknik yang Memungkinkan
Penguatan, modeling sosial, teknik-teknik desensitisasi.
Assosiasi bebas, pemanfaatan mimpi, transferensi, interpretasi, dan seterusnya.
Penggunaan terbatas pertanyaan, kata jaminan, dukungan, sugesti, tapi memakai teknik selaku cara mengomunikasikan penerimaan, respek, pemahaman.
Mengutamakan teknik dukungan, di dalam penerapan interpretasi, pemantulan, arahan, dan penarikan sari-pati

Teknik yang Memungkinkan:

7.
Pemantauan dan Evaluasi Hasil
Melibatkan pemantauan konselor dan orang lain yang berarti sekitar konseli; evaluasi dengan berbagai instrumen objektif.
Mengutamakan laporan diri konseli dan evaluasi oleh konselor dengan teknik-teknik proyektif
Mengutamakan laporan diri dan evaluasi diri konseli, dengan standar-standar internal
Melibatkan pemantauan konselor, pantau-diri konseli, dan bantuan personil bimbingan lain di sekolah.
Pemantauan dan Evaluasi:





[1] Dasar-dasarnya dikaji dalam penelitian oleh Mappiare-AT., A., dan Faridati-Zen, E., 2010. ‘Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis TIK Matakuliah Konseling Multibudaya untuk Peningkatan Kepuasan Belajar, Partisipasi dan Prestasi Belajar Mahasiswa’. Laporan Teaching Grant. Malang: Jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang.
[2] Diadaptasikan dari Shertzer B., dan Stone, S.C., 1974. Fundamentals of Counseling. Boston: Houghton Mifflin Company.
[3] Hasil penelitian pendukung sementara antara lain. (1). Mappiare-AT., A., 1992. ‘Analisis interviu Konseling Awal tentang Pengungkapan-diri Klien dan Gaya Komunikasi Konselor’. Laporan Tesis. Malang: IKIP Malang, Program Pascasarjana. Dipublikasikan a.n. sama dengan judul ‘Perbandingan Pengungkapan Diri Klien Menurut Kategori Gaya Komunikasi Konselor dalam Konseling Awal”. Jurnal Ilmu Kependidikan, Jilid.2, No.2, Mei 1996: 102 - 112. (2). ‘Identitas Religius Perempuan Islam: Kajian dalam Perspektif Teori Kritik Erich Fromm atas Pemakaian ‘Jilbab Modis’ oleh Mahasiswi di Kampus Muhammadiyah Malang’, Disertasi, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya; dipublikasikan dalam bentuk buku a.n. sama, 2009. Identitas Religius di Balik Jilbab: Perspektif Sosiologi Kritik. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang. (3). Mappiare-AT., A., Ibrahim, A.S., dan Sudjiono, 2007. Kultur Konsumsi Remaja dan Upaya Bimbingannya: studi perspektif Posmodern mengenai pembelanjaan pelajar dalam Kota Metropolitan Pantai Indonesia untuk pengembangan media Bibliokonseling. Laporan Hibah Bersaing, Th-I (DP2M). Ini dipublikasikan atas nama orang sama dengan judul ‘Budaya Konsumsi Remaja-Pelajar di Tiga Kota Metropolitan Pantai Indonesia'. Dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 16 No.1, Februari, 2009: 12-21 (Terakreditasi). (4). Penelitian Hibah Bersaing Th-II (2008). Dipublikasikan a.n. Mappiare-AT., A., Fachrurrazy, dan Sudjiono, 2010, dengan judul ‘Kecakapan Belanja Siswa, Kearifan Kultural, dan Media Bimbingannya’. Dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17 No.3, Okt.: 178-188 (Terakreditasi). (5). Penelitian Hibah Bersaing Th-III, lanjutan (2009). (6). Mappiare-AT., A., Fachrurrazy, dan Sudjiono, 2010. ‘Pengembangan Media Bergambar Berbasis Keunggulan Budaya Nusantara untuk Bimbingan Kemandirian Siswa Sekolah Menengah: Dimensi Karir’. Laporan Hibah Kompetensi Th-I (DP2M). Sebagian temuan riset ini didesiminasi dengan judul ‘Revitalisasi dan Pewarisan Nilai Budaya Unggul Nusantara Melalui Media Bimbingan dan Konseling’ (Conference Proceeding). Konferensi Nasional APPI , Tema “Peran Pendidikan dalam Pembangunan Karakter Bangsa” di Malang, Tgl. 16 – 17  Oktober 2010: 132 – 147). Mappiare-AT., A., Fachrurrazy, dan Faridati-Zen, E., 2011. (Penelitian lanjutan, Dimensi Sosial). Laporan Hibah Kompetensi Th-II (DP2M).
[4] Tugas mahasiswa untuk menginterpretasikan dari berbagai sumber tersedia mengenai ciri-ciri pokok kultur etnis nusantara, misalnya, Melayu-Aceh, Minangkabau, Batak, Melayu-Betawi, Sunda, Jawa, Dayak, Banjar, Bugis-Makassar, Minahasa, Bali, Sasak-Lombok, Sumbawa-Bima, dan seterusnya.

 
© Andi Mappiare-AT Blogspot Tutorial